Rabu, 05 Oktober 2011

Riang di Ujung Malam


Acuh itu tradisi
Dulu
Angkuh itu biasa
Duluego itu, ahh tidak pusing\dulu
Dendam, amarah, kecewa, kesal..
Semuanya milik masa lalu\setahun yg lalu

Kemarin,
Kau ku panggil teman
Kau tak lebih dari orang yang biasa ku kenal
Kamu, kamu, dan kamu Cuma teman
Yang ku sapa saat pagi
Tapi lupa ku ucapkan selamat siang

Kemarin,
Kau bukan anggota srimulat
Kau juga bukan angin
Apalagi presiden seperti Soekarno

Tapi,,
Itu dulu
Cerita yang hanya menjadi masa lalu
Acuhmu, egomu, dan apapun penyakit hati itu
Hanya tertulis di buku kemarin

Hari ini berbeda, sobat
Malam ini lebih hangat, sahabat
Kau memang bukan anggota srimulat
Tapi kau mampu menghiburku lebih dari Mr. Bean
Ku sadari, kau bukan angin yang menyejukkan
Tapi kau bisa menyegarkan otak dan hatiku
Sangat ku akui
Kau bukan Soekarno
Kau tidak menentang penjajah, bukan?
Kau tak menaiki mobil tank kan?
Namun, hal terbesar yang kau miliki adalah
“tak segan berdiri di depanku sebagai seorang pemimpin”
Iya kan??

Dulu,,kemariin..
Aku mengaku salah, sobat..
Aku salah mennjauhimu
Aku salah tak berbagi denganmu
Aku salah angkuh di depanmu
Aku salah sakit hati padamu

Hari ini
Di tempat ini
Bahkan jika kau izinkanku ‘tuk berlutut di depanmu
Maka, maafkanlah aku sahabat
Aku sungguh-sungguh minta maaf
Pipi yang lembab karena air mata
Mata yang sembab karena tangisan
Barangkali tak cukup buatmu percaya
Tapi, yakinlah
Hatiku tulus meminta..

Untuk mereka yang ada di sana
Ya, pahlawan tanpa pamrih
Mereka yang rela berbagi ilmu denganku dan sahabat-sahabatku
Mereka yang tak pernah lelah menegur
Mereka juga tak henti menasihati
Maafkan kami, dokter..
Sikap kami keterlaluan,,
Salah dan khilaf sering terbersit dalam setiap lembar kehidupan
Tapi..
Permohonan maaf ikhlas kami haturkan
Dan terima kasih adalah dua kata yang sangat berharga uuntuk malam ini
Terima kasih, dokter..
Tak ku lupakan semua jasamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar